Aku dan Leonardo di Kaprikarno |
Seingatku, pertama kali datang ke Kukusan itu
sekitar tahun 1999 bulan Mei. Di kosan RPT dekat kuburan ada 3 orang yang
menempati. Pertama, Ranov.
Kedua, Goetche. Ketiga,
orang yang membawaku ke sana, alias Leonardo di Kaprikarno. Kosan ini cukup
angker pada zaman itu, kalau habis Maghrib, suara pintu bergerak dan
menimbulkan bunyi berderit bikin merinding bulu kuduk. Bahkan kalo mo pipis ke
kamar mandi di luar, aku suka buru-buru dan nggak berani menatap ke arah
kuburan. Pokoknya menyeramkan-lah zaman itu, kalo kata anak-anak situ, kosan
RPT Kuburan memang sering bikin mereka ketemu sama yang aneh-aneh.
Tapi sekian lama tinggal di kuburan justru bikin
aku terbiasa dengan habitat di sana. Bahkan saat musim cempedak tiba, semua
kengerian akan angkernya kuburan sirna sudah. Bayangkan, tengah malam kami
semua keluar kos saat mendengar “gedebuk” suara cempedak jatuh. Bawa senter,
cari sana-sini, udah nggak ngefek lagi di samping kami adalah kuburan. Yang
penting, makan cempedak.
Cara lain bertahan hidup adalah merebus dan
menggoreng biji cempedak, biasanya yang bertugas menggoreng adalah Leonardo.
Sayangnya itu biji udah keburu dicomot pas udah mateng, Leonardo sewot karena
dia aja belum nyicip, yang laen udah maen sikat aja. Alhasil biji cempedak yang
baru mateng diludah-ludahin sama Leonardo, biar nggak dicomot sama yang laen.